30 Seconds to Mars (2002-2005)
Album self-titled mereka dirilis pada 27 Agustus 2002 oleh Immortal Records dan Virgin Records, yang diproduksi oleh Bob Ezrin dan Brian Virtue. Singel pertamanya, "Capricorn (A Brand New Name)", memuncak pada nomor 31 di Mainstream Rock Tracks Billboard. Dalam video musiknya, para anggota band berada di padang pasir dimana terdapat orang-orang sedang menggali lubang lumpur. Band ini bermain di dalam sebuah galian yang ditonton oleh orang-orang. Singel kedua album ini adalah "Edge of the Earth".
A Beautiful Lie (2005-2008)
A Beautiful Lie (2005-2008)
Album kedua mereka, A Beautiful Lie, dirilis pada 30 Agustus 2005 oleh Immortal Records dan Virgin Records, yang diproduksi oleh Josh Abraham. Singel pertama, "Attack", membawa 30 Seconds to Mars menuju kesuksesan. Video musik untuk lagu ini difilmkan di sebuah hotel yang telah terlantar di Hollywood.
Pada bulan Januari 2006, album ini meraih platinum oleh Recording Industry Association of America untuk distribusi lebih dari satu juta album.[3] Pada bulan Maret 2006, band ini memulai tur pertama mereka, disebut Forever Night, Never Day. Pada Oktober 2006, band ini memulai Welcome to the Universe Tour, disponsori oleh MTV2.[4].
Singel kedua dari album ini adalah "The Kill" yang mengikuti keberhasilan singel sebelumnya. Lagu ini menghabiskan 52 minggu diModern Rock Tracks Billboard. Video musik lagu ini berdasarkan film Amerika Shining. Singel ini memenangkan MTV2 Award diMTV Video Music Awards, Best Single di Kerrang! Awards, Best Live Action Terbaik di mtvU Woodie Awards, Video of the Year dan Best Rock Video di MTV Australian Music Awards dan Best Video Inspired By Film di Fuse Chainsaw Awards. Singel ini juga menduuki nomor 18 pada tangga lagu Top 100 Hit MTV Italia tahun 2007.
Pada 1 Maret 2007, saat tur di El Paso, Texas, Jared Leto mengumumkan bahwa ini adalah konser terakhir dari 30 Seconds to Mars bersama Matt Wachter. Dia mendedikasikan lagu terakhir saat acara, "R-Evolve", untuk Matt. Mereka juga bermain di berbagai festival seperti Roskilde, Rock am Ring, Pinkpop, Give It A Name dan Download.
Singel ketiga dari album ini adalah "From Yesterday" juga meraih kesuksesan. Video musik ini diinspirasi dari film Italia, The Last Emperor. Ini adalah video musik rock pertama dari Amerika yang pernah disyut secara keseluruhan di Republik Rakyat Cina.[5]. Singel ini memuncak di nomor 1 Modern Rock Tracks Billboard, serta tangga lagu di Eropa, Bolivia dan Latvia. Saat itu, 30 Seconds to Mars juga memenangkan Best Artist di TRL Awards Italia, Best Rock Artist di MTV Europe Music Awards, Best of 2007 di Fuse Awards dan Best International Artist di Bandit Rock Awards.
Singel keempat dari album ini adalah "A Beautiful Lie" dan sangat sukses. Video musiknya adalah montase gambar Greenland, dengan adegan band ini bermain di gunung es. Singel ini memenangkan Video Star di MTV Asia Awards dan di MTV Europe Music Awards, dan di tahun 2009 singel ini bersertifikasi Gold oleh MTV International. Pada bulan April 2008, singel kelima dari album 30 Seconds to Mars, "Story", dirilis hanya di Argentina.
30 Seconds to Mars pada tahun 2008 memenangkan Best Single untuk "From Yesterday" dan Best International Band di Kerrang! Awards, Best Rock Artist International di MTV Latin America Awards dan Best Rock Artist di MTV Europe Music Awards yang juga menjadi salah satu pembawa acaranya.
Gugatan Virgin Records dan This Is War (2008-2013)
Pada bulan Agustus 2008, Virgin Records mengajukan gugatan sebesar $30 juta, menggugat band karena menolak untuk menyampaikan tiga album seperti yang dipersyaratkan oleh kontrak. Menurut gugatan, band ini "menolak" kontrak pada bulan Juli 1999.[6].
Pada edisi 11 Februari 2009, Kerrang! mengatakan judul untuk album baru mereka adalah This is War.[7][8]. Di Twitter, Jared merilis sedikit informasi tentang perjalanannya keHaiti, dan merekam lagu berjudul "Hurricane" dengan Kanye West dan Brandon Flowers dari The Killers.[9][10].
Segera setelah pengumuman penyelesaian gugatan, 30 Seconds to Mars mengatakan kepada MTV News bahwa mereka telah berjanji untuk merilis This is War pada Oktober 2009.[15][16] Menurut Twitter mereka,[17] mereka memiliki setidaknya empat lagu yang telah diselesaikan untuk album baru mereka tanggal 27 Mei. Meskipun tanggal ini telah berubah beberapa kali, 30 Seconds to Mars telah mengumumkan bahwa This is War akan dirilis pada 8 Desember 2009.
30 SECONDS TO MARS - Love Lust Faith +Dreams (2013 - sekarang)
Trio asal Los Angeles, 30 Seconds To Mars (30STM), menandai comeback mereka tahun ini dengan album teranyar yang diberi tajuk Love Lust Faith +Dreams. Di album keempat ini mereka bermodalkan 12 lagu yang terdengar sangat berbeda dengan nuansa-nuansa emo khas 30STM di album-album terdahulu.
Album ini memiliki konsep yang cukup unik. Dua belas lagu di dalamnya mewakili kata-kata yang dipilih sebagai tajuk album, Love, Lust, Faith, dan Dreams. Selain itu, tampilan sampul juga terasa manis dengan latar putih sederhana yang dilengkapi warna-warni motif polkadot. Namun, manis dan cerianya penampilan sampul album tidak selaras dengan nuansa dari lagu-lagu yang terdapat di dalamnya. Gelap dan penuh imaginasi ialah warna dasar dari album yang diproduseri oleh sang frontman,Jared Leto, bersama Steve Lillywhite.
“Birth” menjadi pembuka album yang sarat dengan suara orkestra yang berpadu apik dengan bunyi trompet dan gebukan heavy-drum. Lagu berdurasi dua menit ini didapuk pula sebagai pembuka tema Love. Pendengar setia Jared Leto cs. atau Echelon, dapat merasakan rasa 30STM sebenarnya yang mengolaborasi lirik provokatif dan musik megah pada track “Conquistador”. Jagoan pada album ini “Up In The Air” menyajikan sisi perfesionis nan rumit dari trio ini. Track ketiga ini mewakili nafas perubahan yang dibawa 30STM dalam album ini. Selain itu, Leto mengajak para penggemar menjadi penyanyi latar di lagu ini. Dan jangan lupakan pula, “Up In The Air” menjadi lagu komersial pertama yang diluncurkan di luar angkasa. Inilah kesempurnaan yang hendak ditampilkan Leto bersaudara dan Milicevic.
Tema berikutnya, Lust, diawali oleh sebuah track monumental di album ini “City of Angles”. Lagu yang mengisahkan kota asal mereka, Los Angeles, memiliki kemiripan intro dengan salah satu lagu Angels & Airwaves, “Call To Arms”. Vocal Jared Leto menyajikan emosi yang penuh kenangan, lalu perpaduan musik elektronik dan rock-progressive menguatkan track ini. Alunan synthesizer dan hentaman pedal drum membuka “The Race”. Salah satu lagu yang mengingatkan kita pada rasa klasik 30STM yang tidak bisa dilepaskan dengan kemegahan chorus melalui raungan distorsi gitar. Perpaduan piano dan vocal Jared Leto hadir dalam sebuah lagu ballad, “End of All Days”.
Faith dimulai oleh sebuah track instrumental, “Pyres of Varanasi”, yang menambahkan suara-suara bernuansa Bollywood. Lalu, dilanjutkan “Bright Lights” yang terdengar sangat eksperimental dengan gema vocal dan gebukan elektronik drum. Track menjadi salah satu lagu berpotensi di album ini. Sebuah kalimat Bahasa Perancis menandakan hadirnya “Do Or Die”. Nuansa stadium rock sangat terasa di track 9 ini. Permainansynthesizer, serta nyanyian koor penyanyi latar menyajikan rasa baru yang mengajak kita ber-singalong.
Tajuk terakhir, Dreams, menyuguhkan sebuah track interlude tanpa lirik pada “Convegence”. Sehabis itu, dayuan vocal Leto, suara synth, dan alunan orchestra menjadi nafas utama dalam “Northern Lights”. Sebagai penutup hadirlah “Depuis Le Debut” yang memadukan permainan gitar akustik dan lirik dalam durasi 1 menit pertama, lalu disisa 1:33 menit terdengarlah cinema ambience dan suara lonceng kotak musik.
Bisa dikatakan Love Lust Faith +Dreams merupakan upaya Jared Leto, Shannon Leto, dan Tomo Milicevic untuk mengeluarkan mereka dari bayang-bayang emo. Perpaduan musik stadium rock, spacerock, dan rock progressive merupakan pakem dasar mereka di album ini, selain lirik-lirik yang jauh lebih poppy. Bagi beberapa pendengar baru, musik mereka jauh lebih “bersahabat”. Keputusan Leto untuk lebih kalem dengan tidak mengeluarkan scream-nya dalam menyajikan kata demi kata dalam album ini menghilangkan sisi khas sang vokalis multitalenta itu.
Selayaknya apresiasi tinggi patut diberikan kepada trio ini. Dalam album yang berdurasi kurang dari 45 menit ini, mereka sukses menyajikan musik-musik ekperimental yang tidak menghilangkan daya khayal dan sisi perfeksionis mereka. Memang perubahan tidak selalu menghadirkan tanggapan positif, dan Love Lust Faith +Dreams telah membuktikan itu. Namun setidaknya dengan segala eksperimen dan upaya, album ini telah membawa 30STM mendekati Mars.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus